BUDIDAYA BUNGA ROSELA UNTUK MENINGKATKAN
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
KARYA TULIS
Disusun untuk memenuhi tugas semester 1 kelas XI
Tahun Ajaran 2012/2013
 | |||||
 | | ||||
Disusun Oleh :
Nama : 1. Imam Sukma Jaya
2. Kiki Muliana Novitasari
3. Kurnia Pradana
4. Silviana Margaretha Suresh
5. Tegar Haris Sukmawan
Kelas : XI.IPS.3
SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI 1 SUBAH
TAHUN AJARAN 2012/2013
BUDIDAYA BUNGA ROSELA UNTUK MENINGKATKAN
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
KARYA TULIS
Disusun untuk memenuhi tugas semester 1 kelas XI
Tahun Ajaran 2012/2013
| |||||
| | ||||
Disusun Oleh :
Nama : 1. Imam Sukma Jaya
2. Kiki Muliana Novitasari
3. Kurnia Pradana
4. Silviana Margaretha Suresh
5. Tegar Haris Sukmawan
Kelas : XI.IPS.3
SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI 1 SUBAH
TAHUN AJARAN 2012/2013
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya tulis ini telah disetujui oleh pembimbing karya tulis SMA Negeri 1 Subah Tahun Pelajaran 2012/2013 pada :
hari :
tanggal :
Pembimbing,
Hendro Puryanto, S.Pd
NIP
MOTTO
· Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bisa memberikan manfaatnya bagi orang lain.
· Kejayaan terhebat manusia bukanlah tidak pernah jatuh, tetapi dalam kebangkitan setiap kali terjatuh.
· Sukses adalah melakukan hal yang biasa dengan usaha yang luar biasa.
· Setiap hari mungkin tidak selalu baik, tetapi selalu ada hal baik dalam setiap hari.
· Curahkan perasaan, pikiran, kecerdasan dan seluruh jiwa raga, bahkan untuk suatu hal terkecil. Itu adalah rahasia sebuah kesuksesan.
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya tulis ini penulis persembahkan kepada :
1. Ibu yang selalu menjadi lentera hati kami dengan kasih sayangnya yang luar biasa
2. Ayah yang selalu setia memberikan cambuk semangat bagi kami
3. Bapak dan Ibu Guru SMA Negeri 1 Subah yang selalu membimbing kami
4. Teman-teman XI IPS 3 yang selalu setia kawan dan menjadi tempat sandaran bagi kami
ABSTRAK
Jaya, Imam Sukma, Kiki Muliana N, dkk 2012. Budidaya Bunga Rosela Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat. SMA Negeri 1 Subah.
Pembimbing : Hendro Puryanto, S.Pd.
Kata kunci : Bunga rosela, olahan bunga rosela.
Bunga rosella Hisbiscus sabdariffa merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Bunga ini termasuk tanaman tropis yang tumbuh tahunan. Rosella memiliki kelopak bunga berwarna merah yang dapat menghasilkan serat. Tanaman ini tumbuh tegak, bercabang-cabang, dengan tinggi tanaman mencapai 3,5 cm. batang rosela bulat dan berkayu. Warna batang beragamn mulai dari hijau tua sampai merah. bunga rosela memiliki daun tunggal, berbentuk bulat telur, pertulangan daun menjari dan letaknya berseling, terbagi ke dalam 3-7 cuping bergantung kultivar dan aksesi, dan pinggiran daun bergerigi. Bunga rosella bertipe tunggal, atinya hanya terdapat satu kuntum bunga pada setiap tangkai bunga.bunga ini mempunyai 8-11 helai kelopak yang berbulu, dengan panjang 1cm, pangkal saling berlekatan, dan berwarna merah. Bagian inilah yang sering dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan minuman.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis “Budidaya Bunga Rosela Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat” dengan baik.
Karya tulis ini disusun untuk memenuhi tugas Semester 1 kelas XI SMA Negeri 1 Subah Tahun Pelajaran 2012/2013.
Penulis mengucapkan terimakasih atas bantuan dalam penyusunan karya tulis ini kepada :
5. Ibu Siti Ismuzaroh, S.Pd, M.Pd. selaku kepala SMA Negeri 1 Subah,
6. Bapak Hendro Puryanto, S.Pd. selaku pembimbing,
7. Ibu Nurul Hikmah, S.Ag. selaku wali kelas XI IPS 3,
8. Bapak dan Ibu Guru yang telah mendidik dan membekali ilmu yang bermanfaat,
9. Orang tua penulis yang selalu memberikan semangat dan doa untuk penulis.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan karya tulis ini. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Mudah-mudahan karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan.
Subah,
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
MOTTO iii
HALAMAN PERSEMBAHAN iv
ABSTRAK v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penulisan 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 1
D. Metode Penulisan 1
E. Sistematika 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pengenalan Tanaman Rosela 3
B. Taksonomi Bunga Rosela 4
C. Kandungan Bunga Rosela 5
D. Manfaat Bunga Rosela 9
BAB III BUDIDAYA TANAMAN
A. Syarat Tumbuh 13
B. Teknik Budi Daya 14
C. Pengendalian Hama dan Penyakit 17
BAB IV PANEN DAN PASCAPANEN
A. Panen 19
B. Pascapanen 20
BAB V BERBAGAI JENIS PRODUK OLAHAN BUNGA ROSELA
UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT
A. Produk Olahan Rosela 19
B. Perhitungan Ekonomi Produk Olahan Rosela 24
BAB VI PENUTUP
C. Simpulan 26
D. Saran 26
DAFTAR PUSTAKA 27
LAMPIRAN 28BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penulisan
1. Indonesia memiliki iklim tropis yang cocok untuk membudidayakan bunga rosela.
2. Bunga rosela merupakan tanaman yang belum terlalu dikenal oleh masyarakat, padahal bunga rosela mampu berkembang biak dengan subur di daerah tropis seperti Indonesia.
3. Budidaya bunga rosela merupakan salah satu kegiatan yang memerlukan pengetahuan yang cukup dibidangnya untuk menghasilkan hasil yang maksimal.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian yang penulis ungkapkan dalam latar belakang, permasalahan dalam karya tulis ini dapat penulis rumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana cara bertanam rosela ?
2. Bagaimana cara mengolah rosela menjadi berbagai macam olahan makanan ?
3. Bagaimana olahan rosela bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat ?
C. Tujuan Penulisan
1. Agar pembaca mengetahui cara bertanam bunga rosela yang baik untuk menghasilkan hasil yang memuaskan.
2. Agar pembaca mengetahui bahwa bunga rosela dapat diolah menjadi berbagai macam makanan.
3. Sebagai salah satu panduan untuk budidaya rosela dan pengolahannya dalam bentuk berbagai macam makanan.
D. Metode Penulisan
Di dalam penyusunan karya tulis ini, penulis menggunakan metode literatur. Yaitu metode penulisan dengan mencari dan mengumpulkan data dari buku-buku yang berkaitan dengan “Budidaya Bunga Rosela Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat”
E. Sistematika
Bab I pendahuluan berisi : latar belakan penulisan, tujuan penulisan, rumusan masalah, metode, dan sistematika.
Bab II tinjauan umum, berisi : pengenalan bunga rosela, taksonomi, serta morfologinya.
Bab III pemilihan, perbenihan dan pembudidayaan bunga rosela berisi : metode pemuliaan, perbenihan, pembudidayaan bunga rosela.
Bab IV penutup memuat simpulan dan saran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengenalan Tanaman Rosela
Bunga rosela yang memiliki nama latin Hibiscus sabdariffa L. Adalah tanaman tropis yang tumbuh tahunan. Rosela memiliki kemiripan dengan bunga sepatu, yang memeng masih satu famili, yaitu Malvaceae. Varietas dari Hibiscus tersebar di seluruh dunia termasuk India, Afrika, Sudan, Jamaika, Cina, Filipina, dan Amerika. Koleksi terbesar plasma nutfah dari Hibiscus disimpan di Maryland (Amerika Serikat) dan Australia.
Daerah asal tanaman Rosela menurut Ahmad dan Van der Vossen asalah Afrika tropik , kemudian masuk ke Amerika dan Asia pada abad ke-17. Selain pendapat tersebut,ada pula yang berpendapat bahwa rosela merupakan tanaman asli India yang dibawa ke Malaysia, kemudian dibudidayakan di seluruh negara tropis. Pendapat lain mengemukakan bahwa rosela sudah dibudidayakan di Sudan sejak 4000 tahun sebelum masehi.
Di Indonesia, nama rosela dikenal sejak tahun 1992. Tanaman ini tumbuh subur di sepanjang lintasan kereta api Indramayu, Jawa Barat, terutama pada musim hujan terlihat hamparan kelopak bunga rosela yang bermekaran berwarna kuning.
Tanaman bunga rosela memiliki dua jenis varietas, yaitu Hibiscus sabdariffa varietas sabdariffa L. dan Hibiscus sabdariffa varietas ultissima Wester.
Hibiscus sabdariffa varietas ultissima Wester biasanya dimanfaatkan untuk diambil batang seratnya. Rosela tipe ini tumbuh tegak, tidak banyak bercabang, dengan tinggi mencapai 4,8 m. Batangnya berwarna hijua atau merah. Daunnya berwarna hijau, dan kadang-kadang bertulang daun merah. Bunga berwarna kuning dengan kelopak berwarna hijau atau merah, tidak berdaging, berduri, dan tidak bisa dimakan. Rosela jenis ini batangnya mengandung serat lebih tinggi sehingga biasa digunakan untuk membuat karung.
Hibiscus sabdariffa varietas sabdariffa, memiliki sosok lebih pendek, berbentuk semak. Dapat dibedakan atas ras bhagalpuriensi, intermedius, albus, dan ruber. Ras bhagalpuriensi memiliki kelopak bunga berwarna hijau dengan dengan garis merah dan tidak dapat dimakan. Ras intermedius dan ras albus memiliki kelopak bunga yang berwarna kuning kehijauan, dapat dimakan, dan menghasilkan serat. Ras yang banyak mendapat perhatian adalah ruber, karena kelopak bunganya dapat dimakan. Hibiscus sabdariffa varietas sabdariffa merupakan tanaman semusim, yang tumbuh tegak, bercabang-cabang, dengan tinggi tanaman dapat mencapai 3.5 m. Batangnya bukat dan berkayu. Warna batang seragam mulai dari hijau tua sampai merah. Daunnya tunggal, berbentuk bulat telur, pertulangan menjari dan letaknya berseling, terbagi ke dalam 3-7 cuping bergantung kultivar dan aksesi, dan pinggiran daun bergerigi. Rosela memiliki daun yang panjangnya mencapai 6-15 cm dan lebarnya 5-8 cm. Sementara tangkai daun berbentuk bulat, berwarna hijau, dengan panjang 4-7 cm.
Bunga rosela bertipe tunggal, artinya hanya terdapat satu kuntum bunga pada setiap tangkai bunga. Ukuran bunga cukup besar, diameter ketika sedang mekar lebih dari 12,5 cm dan memiliki dasar bunga pendek. Bunga ini mempunyai 8-11 helai kelopak yang berbulu, dengan panjang 1 cm, pangkal saling berlekatan, dan berwarna merah. Bagian inilah yang sering dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan minuman. Mahkota bunga rosela berwarna merah sampai kuning dengan warna lebih gelap di bagian tengahnya, berbentuk corong, terdiri dari lima helaian, dan panjang 3-5 cm. Tangkai sari yang merupakan tempat melekatnya kumpulan benang sari berukuran pendek dan tebal dengan panjang sekitar 5 cm dan lebar sekitar 5 mm. Putik berbentuk tabung dan berwarna kuning atau merah. Bunga rosela berifat hermaprodit (mempunyai bunga jantan dan bunga betina), sehingga mampu menyerbuk sendiri. Buah rosela berbentuk kotak kerucut, berambut, terbagi menjadi lima ruang, dan berwarna merah. Buah berukuran panjang 5 cm dan lebar 5,3 cm. Bentuk biji menyerupai ginjal, berbulu, dengan panjang 5 mm dan lebar 4 mm. Saat masih muda, biji berwarna putih dan setelah tua berubah menjadi abu-abu.
B. Taksonomi Bunga Rosela
Dalam taksonomi tumbuhan, rosela diklasifikasikan sebagi berikut.
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angisopermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Malvaceales
Famili : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Spesies : Hibiscus Sabdariffa L ( sinonim : Hibiscus Digitarus Cav.)
Varietas : Hibiscus Sabdariffa Varietas Sabdariffa L
Hibiscus Sabdariffa Varietas Sabdariffa
C. Kandungan Bunga Rosela
Tanaman bunga rosela termasuk tanaman yang banyak memiliki kandungan gizi. Kandungan penting yang terdapat pada kelopak bunga rosela adalah pigmen antosianin yang membentuk flavonoid yang berperan sebagai antioksidan. Flavonoid rosela terdiri dari flavonols dan pigmen antosionin. Pigmen antosianin ini yang membentuk warna ungu kemerahan menarik di kelopak bunga rosela. Antosianin ini berfungsi sebagai antioksidan yang diyakini dapat menyembuhkan penyakit degeneratif. Antosianin pada rosela berada dalam bentuk glukosida yang terdiri dari cyanidin-3-sambubioside, dhelpinidin-3-glucose, dan delphinidin-3-sambubioside. Sementara itu, flavonols terdiri dari gossypetin, hibiscetine, dan quercetia.
Zat gizi lain yang tak kalah penting terkandung dalam rosela adalah kalsium, niasin, ribovlavin dan besi yang cukup tinggi. Kandungan zat besi pada kelopak segar rosela dapat mencapai 8,98 mg/100 g, sedangkan pada daun rosela sebesar 5,4 mg/100 g. Selain itu, kelopak rosela mengandung 1,2% protein, 12% serat kasar, 21,89 mg/100 g sodium, vitamin C, dan vitamin A. Rasa masam pada kelopak rosela, karena memiliki dua komponen senyawa asam yaang dominan, yaitu asam sitrat dan asam malat.
Komposisi
|
Bunga*
|
Daun**
|
Biji
|
Kalori (kalori)
|
49
|
43
| |
Air (%)
|
84,5
|
86,2
|
12,9
|
Protein (gram)
|
1,145
|
1,7-3,2
|
3,29
|
Lemak (gram)
|
2,61
|
1,1
| |
Karbohidrat (%)
|
12,3
|
10
| |
Serat (gram)
|
12
| ||
Abu (gram)
|
6,9
|
1
| |
Ca (mg)
|
1,263
|
180
| |
P (mg)
|
273,2
|
40
| |
Fe (mg)
|
8,98
|
5,4
| |
Karoten (mg)
|
0,029
|
4135
| |
Asam arkobat (mg)
|
6,7
| ||
Niasin (mg)
|
0,765
| ||
Ribo avin (mg)
|
0,277
| ||
Fruktosa (%)
|
0,82
| ||
Sukrosa (%)
|
0,24
| ||
Asam malat (%)
|
3,31
|
1,25
| |
Tiamin (mg)
|
0,117
| ||
Niasin (mg)
|
3,765
| ||
Lemak biji (%)
|
16,8
| ||
Selulosa (%)
|
16,8
| ||
Pentosan (%)
|
15,8
| ||
Pati (%)
|
11,1
|
∗ Analisis Di Guatemala
∗∗ Analisis Di Philipina
Selain kelopak bunga dan daun, biji rosela memiliki kandungan lemak biji (fatty oil) yang tergolong tinggi, yaitu 16,8% pada kondisi kering, sedangkan kandungan air pada biji 12,9%. Asam lemak dominan yang terkandung pada biji rosela adalah asam palmitat dan asam oleat, diikuti oleh asam linoleat. Kandungan sterol utama pada lemak rosela adalah b-sitosterol mencapai 61,3%.
Jenis Asam Lemak
|
Jumlah (%)
|
Asam Oleat
|
34
|
Asam Linoleat
|
14,4
|
Asam Palimitat
|
35,2
|
Asam Miristat
|
2,1
|
Asam Palmitoleat
|
2
|
Asam Stearat
|
3,4
|
Tabel 5. Kandungan asam lemak dalam biji rosela
Ada sekitar 18 asama amino yang diperlukan tubuh terdapat dalam kelopak bunga rosela, termasuk arginin dan lisin yang berperan dalam proses peremajaan sel tubuh.
Jenis Asam Amino
|
Kandungan (Mg/100 Gram)
|
Arginin
|
3,6
|
Cystine
|
1,3
|
Histidin
|
1,5
|
Isoleusin
|
3
|
Leusin
|
5
|
Lisin
|
3,9
|
Metionin
|
1
|
Fenilalanin
|
3,2
|
Threonine
|
3
|
Triptopan
|
-
|
Tirosin
|
2,2
|
Valin
|
3,8
|
Asam Aspartat
|
16,3
|
Asam Glutamat
|
7,2
|
Alanin
|
3,7
|
Glisin
|
3,8
|
Prolin
|
5,6
|
Serin
|
3,5
|
Tabel 6. Kandungan asam amino ekstrak rosela segar (N = 16, Busson)
Kandungan vitamin A dan vitamin C rosela cukup tinggi dibandingkan buah-buahan seperti jeruk, apel, pepaya dan jambu biji. Kandungan vitamin A dan vitamin C masing-masing 113,46 mg dan 214,68 mg per 100 gram ekstrak rosela.
Kandungan Gizi
|
Jumlah
|
Kalori (kkl)
|
147,12
|
Total lemak (g)
|
0
|
Lemak jenuh (g)
|
0
|
Kolesterol (mg)
|
0
|
Sodium (mg)
|
21,89
|
Karbohidrat total (g)
|
36,64
|
Serat makanan (g)
|
0
|
Gula (g)
|
37,48
|
Protein (g)
|
0,14
|
Vitamin a (mg)
|
113,46
|
Vitamin c (mg)
|
214,68
|
Kalsium (mg)
|
13,06
|
Tabel 7. Kandungan ekstrak rosela setiap 100 gram
D. Manfaat Bunga Rosela
Pemanfaatan tanaman rosela ini berkaitan dengan fungsinya sebagai antiseptik, aprodisiak (meningkatkan gairah seksual), astringen, demulcent (menetralisir asam lambung), digestif (melancarkan pencernaan), diuretik, purgatif, onthelmintic (anticacing), refrigerant (efek mendinginkan), resolvent, sedatif, stomachic, tonik, serta mengobati kanker, batuk, dyspepsia (sakit maag), dysuria (sakit buang air kecil), demam, hangover (kembung perut), heart ailmen, hipertensi (darah tinggi), neurosis, sariawan, dan mencegah penyakit hati.
Bagian Rosela
|
Manfaat
|
Negara
| |
Daun
|
Peluruh air seni (diuretik), merangsang keluarnya empedu dari hati, menurunkan tekanan darah, mengurangi kekentalan (viskositas) darah, meningkatkan peristaltik usus.
|
India, Meksiko, Afrika
| |
Diuretik, obat pencahar perut, tonikum.
|
Taiwan
| ||
Diuretik, penurun suhu, pereda rasa nyeri.
|
Guinea
| ||
Getah daun sebagai emollient (pelembut kulit) dan obat batuk.
|
Angola
| ||
Mengobati luka abses di kulit, penyakit kulit dan gigitan serangga
|
Afrika Tengah
| ||
Kelopak Bunga
|
Menurunkan tekanan darah, terapi gangguan liver.
|
Cina, India, Taiwan
| |
Peluruh air seni, merangsang keluarnya empedu dari hati, menurunkan tekanan darah, mengurangi kekentalan (viskositas) darah, meningkatkan peristaltik usus.
|
India, Meksiko, Afrika
| ||
Diuretik, obat pencahar perut, tonikum.
|
Taiwan
| ||
Antiaskorbut (sariawan akut), pencegah sakit empedu.
|
Guinea
| ||
Mengurangi batuk.
|
Afrika Tengah
| ||
Biji
|
Mengobati penyakit kulit, kekurangan darah dan kelesuan (tonikum).
|
India
| |
Akar
|
Aperitif, tonikum.
|
Filipina
|
Tabel 8. Pemanfaatan rosela di bidang kesehatan di beberapa Negara
Penelitian tentang rosela terus berkembang, baik yang dilakukan oleh ahli biokimia, dokter, maupun ahli pangan. Penelitian tersebut diarahkan pada penelitian komponen-komponen kimia yang terkandung pada bagian-bagian tanaman rosela, pemanfaatannya untuk berbagai produk pangan, serta efek komponen kimia rosela terhadap berbagai penyakit. Hasil penelitian membuktikan bahwa komponen-komponen kimia alami yang terdapat pada tanaman rosela memiliki khasiat untuk mencegah berbagai penyakit dan kaya akan kandungan antioksidan. Diantara banyak khasiatnya, rosela diunggulkan sebagai herba antikanker, antihipertensi, dan antidiabetes. Berikut adalah manfaat utama kasiat rosela :
a. Antikanker
De-Xing Hou, peneliti dari Faculty of Agriculture, Kagoshima University, Jepang, menemukan senyawa antosianin dhelpinidin 3-sambubioside dan cyaniding 3-sambubioside pada rosela. Senyawa antosianin tersebut ampuh mengatasi penyakit kanker darah atau leukemia. Senyawa ini bekerja dengan menghambat terjadinya kehilangan membran mitikondrial dan pelepasan sitokrom dari mitokondria ke sitosol. Jika molekul yang mengandung elektron seperti guanidin DNA (Asam dioksi ribo nukleat) terserang radikal bebas, maka akan terjadi kesalahan replikasi DNA. Kesalahan ini akan menyebabkan kerusakan DNA yang memicu oksidasi LDL (Low density lipo-protein), kolesterol, dan lipid yang berujung pada penyakit ganas seperti kanker dan jantung koroner. Antioksidan rosela mampu meredam aksi radikal bebas yang menyerang molekul tubuh yang mengandung elektron.
John McIntosh dari Institute of Food Nutrition and Human Health, Massey University, Selandia Baru, menemukan kandungan antioksidan pada ekstrak kelopak rosela mengandung 51% antosianin dan 24% antioksidan. Temuan tersebut kemudian dimanfaatkan oleh Yun-Ching Chang dari Institute of Biochemistry and Biotechnology, Chung Shan Medical University di Taiwan dalam uji klinis. Hasilnya diperoleh pigmen alami tersebut tidak hanya menghambat pertumbuhan sel kanker kanker, tetapi juga mematikan sel kanker melalui mekanisme apoptosis (bunuh diri) sel kanker pada dosis 0,4 mg/ml rosela.
b. Antihipertensi
Khasiat kelopak rosela untuk menurunkan tekanan darah telah diakui di India, Afrika, dan Meksiko. Abdul Al-Aziz Sharaf dari Sudan Research Unit, Institute of African and Asian Studies, pada tahun 1962 menemukan kelopak rosela bersifat hipotensif-antihipertensi (dapat menurunkan tekanan darah) dan antikejang pernapasan. Penelitian lain, M. Haji Faraji dan A.H Haji Tarkhasani dari Shaheed Besehsti University of Medical Sciences and Health Services, Teheran, Iran juga menemukan 54 pasien tekanan darahnya rata-rata menurun 10,95% setelah diberikan secangkir teh seduhan 3 kuntum rosela selama 12 hari berturut-turut. Maureen Williams, ND, seorang dokter naturopati dari Bastyr University di Seattle, Amerika Serikat menemukan 79% dari 70 orang yang memiliki tekanan darah tinggi hingga sedang, tekanan darahnya menurun setelah diberikan the rosela sebanyak 1,5 liter sebelum sarapan. Sementara Onyenekwe et al., tahun 1999 dan Harera pada tahun 2004 mencoba meneliti LD50 (letal dosis) dari ekstrak kelopak rosela dan efeknya terhadap tekanan darah. Hasilnya, kandungan 9,6 mg total antosianin memiliki kemampuan menurunkan tekanan darah sama dengan 50mg/hari captopril (salah satu jenis obat untuk menurunkan tekanan darah). Adegunlove et al. menemukan rosela dosis 0,2 mg /kg, dianggap sudah bisa menurunkan tekanan darah. Senyawa aktif dalam rosela yang banyak berperan dalam menurunkan tekanan darah adalah asam organik dan senyawa flavonoid. Senyawa aktif rosela tersebut dapat membantu melancarkan peredaran darah dengan cara mengurangi derajat viskositas (kekentalan) darah. Selanjutnya, kerja jantung memompa darahpun semakin ringan dan otomatis tekanan (darah) menjadi rendah.
c. Antidiabetes
Adegunlove et al. tahun 1996 menemukan bahwa rosela memberikan pengaruh terhadap penurunan kadar serum kreatinin, kolesterol, dan glukosa. Artinya, rosela juga memiliki kemampuan sebagai antidiabetes. Hal tersebut telah dibuktikan oleh penelitian Ir.Mardiah pada tahun 2007, yang menunjukkan pemberian ekstrak rosela selama12 hari sangat berpengaruh terhadap penurunan kadar glukosa dalam darah tikus pengidap diabetes. Kadar glukosa darah tikus pada kelompok 1 (minum ekstrak rosela 30% dari volume) mencapai kadar normal yaitu 161 mg/dl pada hari ke-12 sedangkan kadar glukosa darah kelompok 2 (minum ekstrak rosela 60% dari volume) mencapai kadar normal sebesar 191 mg/dl pada hari ke 12.
Rata-rata jumlah sel ß pada pulau langerhans (penghasil hormone insulin) pada pemberian ekstrak rosela 30% dan 60% berturut-turut 24,8 sel dan 22,2 sel. Sementara jumlah sel ß kontrol hanya 6,6 sel. Hal ini membuktikan bahwa pemberian ekstrak rosela 30% maupun 60% dapat memperbaiki sel ß pada pulau langerhans sel pancreas, sehingga sel ini mampu memproduksi insulin lebih banyak sehingga gula darah dapat turun. Dosis ekstrak rosela 30% sudah dapat memberikan pengaruh terhadap kesembuhan tikus pengidap diabetes mellitus.
d. Antikolesterol
Vilasinee Hirunpanicha dari Department of Pharmocology, Faculty of Pharmacy, Mahidol University, Thailand menguji tikus berkolesterol tinggi. Hasilnya, tikus yang diberikan ekstrak rosela 500mg/kg bobot tubuh, serum kolesterolnya menurun sebesar 22%. Sementara, tikus yang diberikan ekstrak rosela 1000 mg/kg bobot tubuh, serum kolesterolnya mnurun sebanyak 26%. Penurunan juga terjadi pada serum trigliserida sebanyak 33% dan 28% serta serum LDL sebanyak 22% dan 32%.
Peran rosela sebagai antikolesterol disebabkan pengaruh senyawa antioksidan yang dikandung rosela. Senyawa ini dapat mengurangi timbunan lemak jahat (LDL) di dalam pembuluh darah. Ekstrak dari kelopak bunga rosela konsentrasi 1,5 mg/kg bobot tubuh, memiliki efek menurunkan LDL-kolesterol, yang kemudian menurunkan konsentrasi total kolesterol. Karena itu rosela juga berguna mencegah, bahkan mengobati penyakit kardiovaskular (penyakit jantung) yang disebabkan oleh kolesterol. Hal ini diperkuat hasil penelitian Chung Shan, dari Medical University di Taiwan yang membuktikan rosela dapat membantu mengurangi kadar kolesterol pada hewan percobaan. Walau demikian terapi ekstrak rosela saja tidak cukup, perlu juga tetap menjaga cara hidup yang sehat yaitu dengan tetap berolahraga, diet kaya buah dan sayuran, serta mengurangi konsumsi lemak jenuh.
e. Menurunkan Bobot Badan
Penduduk Meksiko percaya rosela berkhasiat menurunkan bobot tubuh. Penelitian tentang pengaruh rosela terhadap bobot tubuh telah dilakukan oleh Francisco J.Alarcon-Aguiardani UniversidadAutanomaMetropolitana Iztapalapa, Meksiko. Sebanyak 120 mg ekstrak rosela yang mengandung 33,64 mg total antosianin diberikan selama 60 hari terhadap tikus gemuk berbobot 45 gram (berat badan normal tikus 20 gram). Hasilnya terbukti, konsumsi rosela dapat menurunkan bobot tubuh pada tikus dan meningkatkan asupan cairan ion ke tubuh. Penurun lainnya terlihat pada trigliserida dan kolesterol jahat. Penelitian efek rosela terhadap kegemukan juga dilakukan oleh Sayago-Ayerdi SG dari Department of Nutrition, Universidad Complutense de Mardid, Spanyol. Menurut Sayago rosela mengandung 33,9% serat larut yang membantu meluruhkan lemak.
BAB III
BUDIDAYA TANAMAN
A. Syarat Tumbuh
a. Suhu
Tanaman rosela tumbuh optimal di daerah dengan ketinggian kurang dari 600 m dpl. Semakin tinggi dari permukaan laut, pertumbuhan rosela akan terganggu. Rosela dapat tumbuh di daerah tropis dan subtropis dengan suhu rata-rata bulanan 24-32°C. Namun, rosela masih dapat toleran pada suhu kisaran 10-36°C. Untuk menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, rosela memerlukan waktu 4-5 bulan. Dengan suhu malam tidak kurang dari 21°C.
b. Air
Curah hujan rata-rata yang dibutuhkan rosela 140-270 mm per bulan dengan kelembapan udara di atas 70%. Jika curah hujan tidak mencukupi bisa dibatasi dengan pengairan yang baik. Periode kering dibutuhkan rosela untuk pembungaan dan produksi biji. Hujan atau kelembapan yang tinggi selama masa panen dan pengeringan dapat menurunkan kualitas kelopak bunga dan menurunkan produksi. Selain itu, tanaman menjadi mudah rebah karena keberatan buah. Akibatnya kelopak bunga yang dekat permukaan tanah menjadi busuk. Karena itu, tanaman perlu disangga dengan bambu atau kayu. Sebaiknya rosela yang sudah berbunga segera dipanen, jika curah hujan cukup tinggi. Perbedaan jumlah air irigasi yang diberikan menghasilkan jumlah daun dan bobot basah kelopak bunga yang berbeda. Rosela yang diberi air irigasi menghasilkan kelopak yang lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak diberi air irigasi.
c. Cahaya, Panjang Hari, dan Waktu Tanam
Rosela merupakan tanaman berhari pendek (untuk induksi pembungaan memerlukan panjang hari kurang dari 12 jam). Pada umur 4-5 bulan pertama pertumbuhanya (masa vegetatif), rosela membutuhkan panjang hari sekitar 13 jam untuk mencegah pembungaan dini. Kondisi seperti ini membuat rosela tidak dapat tumbuh dengan baik sepanjang tahun. Rosela yang ditanam pada waktu hari panjang, pertumbuhan fase vegetatifnya akan lebih dominan (lama) sehingga produksi kaliks menurun. Jika ditanam pada hari pendek, pertumbuhan vegetatif tanaman lebih cepat dan tanaman mulai berbunga ketika tingginya belum optimal. Waktu peneneman rosela harus lebih memperhitungkan panjang hari dibandingkan curah hujan. Rosela toleran terhadap sedikit naungan dan dapat tumbuh di green house, tetapi pertumbuhan terbaik ditunjukkan pada tanaman yang ditanam di lapang pada kondisi cahaya penuh.
Waktu tanam memengaruhi kandungan kimiawi kelopak bunga rosela. Rosela yang ditanam pada bulan Mei menghasilkan antosianin, protein, dan karbohidrat total lebih tinggi dibandingkan dengan yang ditanam pada bulan April atau Juni.
H. sabdariffa menunjukkan reaksi ambiphotoperiodic, yaitu berbunga baik pada hari pendek maupun pada hari yang amat panjang, tetapi tetap fase vegetatif. Pembungaan mempunyai dua pengaruh terhadap pertumbuhan. Ketika terjadi induksi pembungaan, tunas lateral berkembang menjadi bunga dan jumlah cabang menurun secara proporsional. Stadia pertama pembungaan diasanya diikuti dengan penurunan dominasi apikal. Pergeseran waktu tanam dari bulan Oktober ke bulan November dan bulan Desember kemudian ke bulan Januari, membuat tinggi tanaman semakin berkurang. Periode pembungaan lebih pendek, jumlah kelopak bunga menurun, bobot basah dan kering brangkasan menurun, serta bobot kering kaliks menurun.
d. Tanah
Berbagai jenis tanah dapat ditanami rosela, terutama sruktur yang dalam, bertekstur ringan dan berdrainase baik. Rosela toleran terhadap tanah masam dan agak alkalin, tetapi tidak cocok ditanam di tanah salin atau berkadar garam tinggi. Kemasaman tanah (pH) optimum untuk rosela adalah 5.5-7, dan masih dapat toleran pada pH 4,5-8,5. Selain itu, rosela tidak tahan terhadap genangan air. Rosela memiliki sistem perakaran yang dalam. Karena itu, kedalaman tanah optimal yang dibutuhkan di atas 150 cm. Namun, masih dapat ditanam pada kedalaman tanah sedang (50-150 cm). Apabila ditanam di wadah yang terbatas ukurannya, misalnya pot atau polibag berukuran sedang (diameter 30 cm), pertumbuhan tanaman rosela menjadi tidak optimal dengan tinggi tanaman kurang dari 1 m. Akibatnya produksi bunga menjadi lebih rendah.
B. Teknik Budi Daya
a. Persiapan Lahan
Pada penanaman yang intensif, lahan untuk rosela perlu diolah dengan cara membalikkan tanah dengan bajak, menggemburkan, dan menghaluskannya dengan cangkul atau garpu, agar drainasenya baik. Sebaiknya pengolahan tanah cukup dalam, paling sedikit sedalam 20 cm. Tanah dicampur pupuk dasar berupa pupuk kandang dengan dosis 10-20ton/ha. Lahan dilarik dengan jarak antar larik 1,5 m. Dibuat alur atau bedengan setinggi 15-20 cm.
b. Persiapan Bahan Tanaman
Rosela dapat dibiakkan dengan biji atau setek batang. Namun, dengan biji lebih mudah dan praktis. Sistem perakaran tanaman yang berasal dari biji memiliki akar tunggang yang dalam, sehingga lebih tahan terhadap kekeringan dibanding dengan tanaman asal setek. Kebutuhan benih atau biji rosela sekitar 11-22 kg/ha, tergantung kesuburan tanah dan jarak tanam yang digunakan. Untuk mempercepat perkecambahan, biji rosela direndam terlebih dahulu dengan air selama 24 jam, kemudian baru dipilih biji yang bernas dan tenggelam untuk ditanam.
c. Pembibitan
Benih rosela dapat langsung ditanam di lapang atau dipindahtanamkan. Pada sistem penanaman langsung, benih ditanam 2-3 butir per lubang tanam sedalam 0,5 cm. Setelah bibit berdaun 2-4 helai, dilakukan penjarangan dengan memilih satu tanaman yang menunjukkan pertumbuhan terbaik. Cara ini lebih praktis dan tanaman tumbuh lebih cepat, karena tidak mengalami cekaman akibat pemindahan.
Pada penanaman dengan cara pindah tanam, benih disemai dahulu di baki semai, di bedengan persemaian,atau langsung di polibag kecil. Bibit semaian dari baki atau bedeng persemaian dipindahkan ke polibag kecil pada umur 3 minggu setelah semai (MMS), kemudian dipindah ke lapang dua minggu kemudian. Penanaman dengan sistem ini memungkinkan pemeliharaan bibit dilakukan secara lebih intensif dan seleksi bibit dapat dilakukan pada setiap fase pindah tanam. Namun, cara ini lebih membutuhkan banyak tenaga kerja dan biaya.
Sementara itu, jika disemai di polibag kecil, bibit dapat langsung ditanam di lapang pada umur 4-5 minggu setelah semai. Dengan cara ini pengawasan terhadap bibit dapat dilakukan dengan baik dan tenaga yang diperlukan untuk pindah tanam (dari baki semai ke polibag kecil) lebih sedikit.
d. Jarak Tanam
Tanaman rosela yang ditanam dengan jarak yang rapat menyebabkan tanaman saling menaungi sehingga pertumbuhan tanaman menjadi lebih tinggi, tetapi produksi kelopak pertanaman menurun. Rosela yang ditanam dengan kerapatan tinggi (60 x 15 cm), tanaman menjadi lebih tinggi, tetapi produksi kelopak bunga dan biji per tanaman lebih rendah dibandingkan dengan yang ditanam dengan kerapatan lebih rendah (60 x 60 cm, 60 x 45 cm, dan 60 x 30 cm). Namun, produksi kelopak bunga per hektare tetap menjadi lebih tinggi, karena pada jarak tanam tersebut jumlah tanaman per hektare menjadi lebih banyak sehingga dapat mengganti produksi per tanaman yang rendah.
e. Pemupukan
Rosela sangat responsif terhadap pemberian nitrogen. Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk hijau (Mimosa invisa) yang dibenamkan pada saat pengolahan tanah, diikuti dengan pupuk buatan sebanyak 80 kg N/ha, 36-54 kg P2O5/ha, dan 75-100 kg K2O/ha. Tahap pemberian pupuk memengaruhi pertumbuhan rosela. Pemberian pupuk yang dilakukan dalam dua tahap yaitu pada saat tanam dan setelah umur satu bulan di lapang, cenderung menghasilkan produksi kelopak bunga yang lebih baik dibandingkan dengan pemupukan sekaligus pada saat tanam.
Pupuk N berpengaruh pada fase awal pertumbuhan rosela, karena nitrogen berperan mendorong pertumbuhan vegetatif, yang berkolerasi dengan produksi kelopak bunga. Namun, pemberian pupuk amonia yang berlebihan akan menyebabkan pertumbuhan vegetatif menjad pesat, tetapi produksi buah menurun. Dosis pupuk nitrogen dan kalium memengaruhi kandungan antosianin, vitamin C, dan karbohidrat kelopak bunga. Sementara, pupuk P selain mempengaruhi pertumbuhan akar juga mendorong pembentukan bunga.
e. Pemangkasan
Pemangkasan ditujukan untuk menghilangkan dominansi apikal (pengaruh penghambatan ujung pucuk terhadap pertumbuhan tunas dibawahnya), sehingga akan mendorong pertumbuhan tunas lateral (cabang) ke samping. Jumlah cabang yang banyak akan meningkatkan jumlah daun yang tumbuh. Bunga rosela tumbuh pada ketiak daun, sehingga jumlah daun per tanaman yang besar akan semakin meningkatkan produksi kelopak bunga. Peningkatan jumlah bunga akan menaikkan jumlah kelopak bunga dan biji per hektare. Selain itu, pemangkasan akan menghasilkan tanaman yang kompak dengan percabangan yang banyak sebagai tempat tumbuhnya bunga.
Untuk meningkatkan produksi kelopak, pemangkasan dapat dilakukan pada umur dua bulan setelah tanam dengan memotong cabang utama sepanjang 10-20 cm dari pucuk tanaman. Cabang primer atau cabang yang keluar dari cabang utama juga dipangkas sepanjang 10-20 cm dari titik tumbuh untuk memicu tumbuhnya cabang sekunder. Hal yang perlu diperhatikan adalah penambahan pupuk setelah proses pemangkasan, untuk mengimbangi pertumbuhan tunas yang banyak. Jika tidak, bunga yang akan muncul akan berukuran kecil atau gagal tumbuh menjadi besar dan menghasilkan kelopak. Apabila penanaman rosela ditujukan untuk diambil daunnya, tanaman dapat dipotong enam minggu setelah pindah tanam dengan menyisakan batang setinggi 7,5-10 cm di lapang. Pemotongan kedua dilakukan empat minggu kemudian dan pemotongan ketiga pada empat minggu berikutnya. Selanjutnya dilakukan penjarangan dengan membuang dua dari tiga baris tanaman yang ada. Tanaman tetap dibiarkan berproduksi menghasilkan buah sebagai produk sampingan.
f. Pengendalian gulma
Sebagai kompetitor cahaya, air, dan hara, gulma perlu dikendalikan, terutama pada fase awal pertumbuhan vegetatif atau umur satu bulan setelah tanam. Pada fase awal penanaman, rosela tumbuh relatif lambat. Setelah berumur lebih dari 60 hari, rosela tumbuh dengan cepat. Karena itu, lahan perlu disiangi sampai umur 6-7 minggu setelah tanam. Selanjutnya gulma akan berkurang, akibat ternaungi tajuk tanaman rosela yang tumbuh menutupi permukaan tanah. Penyiangan dan penjarangan tanaman umumnya dilakukan secara bersamaan. Penyiangan pertama dilakukan pada umur lima minggu setelah tanam. Sebaiknya penjarangan dilakukan pada penyiangan pertama sambil dilakukan penggundulan.
C. Pengendalian Hama dan Penyakit
a. Busuk Akar
Penyakit utama yang menyerang rosela adalah busuk akar yang disebabkan oleh cendawan Phytophtora parasitica. Penyakit ini juga dapat disebabkan cendawan Rhizoctonia solani dan Botrytis cinerea. Penyakit ini biasanya terjadi karena adanya genangan air di lahan atau musim hujan terlalu lama. Selain itu, tidak adanya pergiliran tanaman menyebabkan rosela mudah terkena penyakit busuk akar. Belum ada cara langsung untuk mengendalikan penyakit yang menular akibat tanah. Cara pengendalian yang aman adalah dengan melakukan rotasi tanaman (pergiliran tanaman).
b. Belalang
Belalang merupakan hama yang umum menyerang tanaman rosela di Indonesia. Belalang memakan daun rosela dan menyebabkan pertumbuhan vegetatif rosela terganggu. Pertumbuhan vegetatif yang terganggu menyebabkan rosela berbunga hanya sedikit atau bahkan tidak berbunga. Pengendalian dengan pestisida tidak dianjurkan karena rosela termasuk jenis tanaman obat yang tidak boleh tercemar oleh pestisida.
c. Nematoda
Hama penting yang menyerang rosela antara lain nermatoda akar (Meloidogyne arenaria, M. Incognita acrita dan M. Javanica), Heterodera rudicicola, kumbang, Nisotra breweri, dan Lagris cyanea. Sementara nematoda yang menyerang daun adalah Rhyparida discopunctulata. Pengendalian nematoda pada tanah tergolong sulit, sehingga lebih baik melakukan upaya pencegahan dengan cara rotasi tanaman. Di kebun, kumbang juga sering menyerang pertanaman rosela sehingga menimbulkan kerusakan berat. Tanaman rosela dapat dilindungi dari hama ini dengan menanam tanaman perangkap, seperti okra (Hibiscus esculentus) di sekeliling lahan.
d. Kutu Daun (Pseudococcus sp.)
Hama utama yang menyerang rosela adalah kutu daun (Pseudococcus sp). Kutu ini berwarna putih, menyerang titik tumbuh dan kelopak bunga. Serangan pada titik tumbuh menyebabkan tanaman menjadi kerdil dan daun mengeriting, sehingga pertumbuhan terhambat. Bagian kelopak bunga yang terserang kutu daun tampak berwarna putih yang menunjukkan berkurangnya kandungan antosianin.
Pengendalian hama yang aman dilakukan dengan menggunakan pestisida organik. Pestisida ini dibuat dari 5 kg daun mimba segar yang ditumbuk dan dilarutkan dalam 5 liter air. Larutan tersebut kemudian direbus sampai mendidih dan didiamkan selama satu malam (difermentasi). Setelah itu, campuran disaring, dan diambil airnya. Dosis 1 liter air mimba dicampurkan dengan 15 liter air, kemudian disemprotkan pada tanaman yang terkena hama dan penyakit. Penyemprotan yang efektif dilakukan setiap dua minggu sekali. Selain itu, pengendalian hama dapat dilakukan dengan cara memangkas atau memotong bagian cabang yang terserang.
BAB IV
PANEN DAN PASCAPANEN
A. Panen
1. Ciri dan Umur Panen
Waktu panen rosela dipengaruhi oleh panjang hari dan kesuburan tanah. Rosela yang ditanam pada panjang hari 8-10 jam lebih cepat dipanen dibandingkan dengan yang ditanam pada panjang hari 12-14 jam. Hal ini disebabkan rosela tergolong tanaman berhari pendek, sehingga pada panjang hari kurang dari 12 jam membuat rosela lebih cepat terinduksi pembungaannya.
Di tanah yang kurang subur dengan kandungan hara rendah terutama nitrogen, rosela lebih cepat berbunga dibandingkan dengan yang ditanam di tanah dengan kandungan nitrogen tinggi. Kondisi ini merupakan hal yang umum terjadi, karena kekurangan nitrogen menyebabkan tanaman tumbuh kerdil dan lebih cepat mencapai fase generatif (berbunga). Dengan panjang hari sekitar 12 jam dan kesuburan tanah sedang, rosela dapat dipanen mulai umur 4 bulan. Selanjutnya pemanenan dilakukan setiap 10 hari.
Kelopak bunga rosela dipanen setelah berkembang penuh atau telah mencapai ukuran optimal. Kondisi ini umumnya tercapai beberapa hari sebelum kapsul berisi biji (buah) rosela membuka, atau sekitar 15-20 hari setelah bunga mekar. Secara kasat mata rosela yang siap panen ditandai dengan kulit pembungkus biji majemuk yang berwarna hijau. Pada tahap ini buah mudah dipetik dengan tangan. Kematangan buah rosela dimulai dari bagian terbawah menuju ke atas.
Kandungan antosianin total kelopak rosela mencapai puncaknya saat bunga berumur 60 hari, kemudian menurun sedikit ketika biji menjadi matang penuh. Saat panen kelopak rosela yang paling tepat sekitar 7-9 minggu setelah bunga muncul. Umumnya pada waktu tersebut kelopak bunga rosela mengandung antosianin dan asam sitrat tertinggi.
Lama panen rosela dipengaruhi oleh teknik budi daya, seperti pemangkasan dan pemupukan. Pemangkasan dapat memperpanjang masa produksi rosela, terutama jika diikuti dengan pemupukan. Tanaman yang tidak dipangkas, masa produksinya hanya sampai umur 6-7 bulan, sedangkan yang dipangkas dapat terus berproduksi hingga umur 8-9 bulan.
2. Waktu dan Cara Panen
Pemetikan rosela lebih mudah dilakukan pagi hari daripada sore hari, karena kadar air tanaman masih tinggi, sehingga tangkai buah tidak liat. Pemanenan rosela umumnya dilakukan dengan cara menual (tidak dengan mesin) karena saat munculnya bunga dan tingkat kematangan tidak sama. Kelopak sulit dipetik dengan tangan tanpa bantuan alat. Karena itu, buah bisa dipotong menggunakan gunting atau pisau tajam untuk menghindari kerusakan. Setelah dipanen, buah (kapsul) yang berisi biji dipisahkan dari kelopak bunga dengan alat berupa pipa alumunium atau dengan pisau. Selanjutnya kelopak bunga dicuci, dikeringkan, dan siap dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Kelopak yang berkualitas memiliki aroma sitrus yang khas saat telah kering dan saat direbus air panas warna merah dan rasa asamnya cepat larut.
3. Hasil Panen
Hasil panen rosela dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor genetik (kultivar yang digunakan), lingkungan (iklim, yaitu suhu, cahaya, curah hujan, dan tanah), dan teknik budi daya (pemupukan, penyiraman, pengendalian hama penyakit dan gulma). Kultivar yang memiliki potensi produksi tinggi, jika ditanam pada kondisi lingkungan yang optimal dengan teknik budi daya yang baik akan menghasilkan produksi yang maksimal. Hal inilah yang menyebabkan produksi rosela bervariasi.
Di Indonesia, dalam satu musim tanam selam enam bulan, produksi rosela sekitar 2-3 ton/ha kelopak segar tanpa biji atau 200-375 kg per hektare kelopak kering rosela, dan biji kering 2-3 kali bobot kelopak.
B. Pascapanen
1. Sortasi
Kelopak bunga yang telah dipanen dipisahkan berdasarkan tingkat serangan hama dan penyakit, tingkat kematangan, dan ukuran. Kelopak yang terserang kutu daun, akan diselimuti oleh bahan bahan lekat berwarna putih, sehingga perlu dipisahkan dan dibersihkan terlebih dahulu.
2. Pengeringan
Agar dapat disimpan lama, sebaiknya rosela dikeringkan dengan kadar air maksimum 12%. Proses pengeringan perlu dilakukan secepat mungkin untuk mencegah serangan cendawan. Namun, proses pengeringan ini tidak boleh terlalu lama, karena dapat mengurangi kualitas wrana rosela. Proses pengeringan dapat dilakukan secara alami atau buatan. Secara alami, kelopak bunga dijemur dengan cara dihamparkan di atas nyiru atau tikar bambu, agar tidak terbakar matahari yang menyebabkan mutunya menurun. Penjemuran sebaiknya dilakukan pada pagi hari, sekitar pukul 9 sampai pukul 11 siang dan sore hari pada pukul 14.00-16.00. Pengeringan buatan menggunakan oven dengan suhu tidak lebih dari 60-70°C selama 4-5 jam.
Untuk memenuhi persyaratan kualitas ekspor dan untuk mencegah kontaminasi pada kelopak kering rosela, seluruh proses panen hingga pascapanen rosela harus dilakukan pada kondisi bersih dan higienis, baik peralatan (pisau, gunting), tempat kerja (meja), serta ruang persiapan dan penyimpanan. Pekerja yang terlibat juga harus dalam keadaaan sehat, dengan tangan pakaian yang bersih. Air yang digunakan untuk mencuci harus bebas dari kontaminan benda-benda asing. Selain itu, pekerja perlu dihindarkan dari kontak dengan hewan atau kotoran hewan.
3. Penyimpanan
Kelopak kering rosela harus disimpan di tempat gelap (terlindung dari cahaya) pada suhu rendah (maksimum 15-20oC), kelembaban relatif rendah (maksimum 60%), serta berventilasi baik. Pada kondisi optimal kelopak bunga rosela dapat disimpan selama 12-18 bulan.
4. Pengemasan
Kelopak kering rosela dapat dikemas dalam bentuk kemasan konsumen atau kemasan pedangang (curah) dalam kantong yang dapat direkat, foils, tidak permeable terhadap uap (misalnya polietilen atau polipropilen). Sebelum ditutup rapat, dapat ditambahkan gas (misalnya nitrogen).
Bahan-bahan yang dapat digunakan untuk pengemasan produk antara lain kotak cardboard dengan atau tanpa jendela selofan transparan, plastik polietilen atau polipropilen, dan satu lapis kantong plastik (polietilen atau polipropilen).
BAB V
BERBAGAI JENIS PRODUK OLAHAN BUNGA ROSELA UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
A. Produk Olahan Rosela
a. Teh Rosela
Teh rosela merupakan salah satu jenis teh merah yang paling populer dan disukai konsumen. Teh rosela dapat dibuat dari kelopak bunga dan daunnya, tetapi umumnya dibuat dari kelopak bunga untuk mendapatkan khasiatnya yang optimal. Teh dari kelopak bunga rosela lebih memberikan sensasi aroma dan warna merah yang lebih menarik dibandingkan teh yang terbuat dari daunnya.
Cara pembuatan teh dari kelopak bunga rosela tidak begitu sulit. Kelopak bunga yang telah dipanen dibuang bagian tengahnya yang mengandung biji, kemudian dicuci hingga bersih dan segera dikeringkan. Pengeringan bisa dilakukan dengan sinar matahari atau menggunakan oven. Jika menggunakan oven, kondisi yang terbaik adalah suhu 70oC selama 4 jam, dan jika ,menggunakan sinar matahari cukup 2-3 hari. Agar mutu teh rosela yang dihasilkan bagus, waktu antara panen dan proses pengeringan diusahakan jangan terlalu lama. Hal ini disebabkan kelopak bunga yang telah dipanen masih mengandung kadar air yang cukup tinggi sehingga akan cepat mengalami kerusakan setelah dua hari. Kerusakan tersebut dapat menyebabkan menurunnya mutu teh, terutama aroma dan warnanya.
Teh rosela dapat juga dibuat dari daunnya. Proses awal pembuatan teh rosel dari daun adalah proses pelayuan. Pelayuan merupakan proses penguapan yang terjadi secara alamiah pada bahan. Metode pelayuan dilakukan dengan cara mendiamkan daun pada kondisi suhu ruang selama 18 jam. Selama proses pelayuan, kadar air akan turun secara berlahan-lahan. Perubahan yang terjadi pada saat pelayuan ditandai dengan adanya perubahan elastisitas daun. Daun menjadi lebih lemas akibat menurunnya atau hilangnya sebagian kandungan air di dalam daun. Selama proses pelayuan ini butiran-butiran hijau pada daun atau klorofil bahan terurai menjadi pheophylline dan proses pemecahan ini akan terus terjadi selama proses berikutnya yaitu proses pengeringan. Pengeringan terbaik dilakukan dengan pengovenen pada suhu 60oC selama 5 jam. Untuk mendapatkan rasa dan aroma teh yang enak, daun dan kelopak bunga yang telah kering bisa dicampur menjadi satu (blending).
b. Jus Rosela
Jus rosela merupakan minuman kesehatan yang terbuat dari sari kelopak rosela. Jus ini sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Jus dibuat dengan cara merebus kelopak bunga segar bersama air dengan perbandingan 1:4. Setelah itu, jus dimasukkan ke dalam wadah kaca yang telah disterilisasi terlebih dahulu.
c. Sirup Rosela
Pembuatan sirup rosela, pada prinsipnya sama dengan pembuatan jus rosela. Perbedaannya adalah pada pembuatan sirup rosela, konsentrasi bunga rosela yang digunakan lebih tinggi (jumlah kelopak bunga rosela lebih banyak) begitu pula konsentrasi gula lebih tinggi (> 65%). Kekentalan yang dihasilkan dari sirup rosela sudah cukup baik karena rosela mengandung pektin 3,19%.
d. Selai Rosela
Selai rosela diproses dari pengolahan kelopak bunga yang telah dihaluskan. Kelopak rosela halus (pure) ini disaring dan ampasnya direbus bersama gula hingga mengental. Selai dapat dibuat dari kelopak bunga segar atau dengan memanfaatkan sisa ekstrak kelopak bunga rosela yang merupakan ampas proses pengolahan jus rosela.
e. Tepung Rosela
Proses pembuatan tepung dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu menggunakan metode spray drying, metode oven, atau dengan foamate drying. Metode spray drying dilakukan dengan cara menyemburkan bubur rosela dengan bantuan agen pembuih (tween 80) yang kemudian dikeringkan. Metode oven lebih sederhana, yaitu dengan cara mengeringkan rosela dan menggilingnya menjadi tepung.
f. Pewarna Makanan
Rosela dapat dijadikan sebagai pewarna alami yang menarik pada makanan, khususnya makanan yang memiliki tingkat keasaman yang tinggi (pH rendah). Bagian tanaman yang dapat dijadikan sumber pewarna yaitu kelopak bunga dan batangnya. Proses pembuatannya masih dalam kajian penelitian. Nemun, sebagai contoh selai rosela bisa dijadikan bahan pewarna dan perasa pada yoghurt.
g. Kopi Rosela
Kopi rosela dibuat dari biji rosela yang sudah cukup tua. Biji rosela yang baik untuk pembuatan kopi adalah biji yang sudah berwarna cokelat tua atau berwarna kehitaman. Ciri lain yang menunjukkan biji rosela tua adalah dengan membelah kulit luar biji sehingga warna biji dapat terlihat.
Cara pembuatannya yaitu biji rosela tua yang telah dipisahkan dari kelopak bunga dijemur selama 1 hari (jika cuaca cerah) atau 2-4 hari jika cuaca kurang cerah. Pada proses penjemuran ini terjadi penguapan sejumlah air yang terkandung dalam biji. Pengeringan tahap awal ini sangat membantu memudahkan pengupasan kulit luar biji. Biji yang sudah dijemur kemudian dikupas kulitnya. Tahapan proses selanjutnya adalah pengeringan.
Pengeringan dapat dilakukan dengan oven atau cabiner dryer dengan menggunakan suhu 50oC selama 5 jam. Setelah itu dilakukan penyangraian biji pada wajan bersuhu 200oC selama 3 menit. Proses ini bertujuan untuk membentuk aroma yang khas. Selama proses penyangraian, sebagian kecil kandungan kafein menguap dan membentuk berbagai komponen lain seperti aseton, furfural, ammonia, trimetilamina, asam formiat, dan asam asetat. Untuk mendapatkan bubuk kopi biji rosela, biji rosela yang telah mengalami proses penyangraian digiling pada mesin penggiling (grider) yang biasa digunakan untuk menggiling biji kopi. Kadar kafein pada ki\opi biji rosela bubuk adalah 0,87%, sedangkan kafein pada kopi arabica adalah 1,16%, kopi robusta 1,48%, dan kopi liberika 1,59%. Apabila dibandingkan dengan kadar kafein pada kopi jenis arabika, robusta dan liberika, kadar kafein pada kopi biji rosela sedikit lebih rendah.
B. Perhitungan Ekonomi Produk Olahan Rosela
a. Teh Rosela
-Harga kelopak bunga kering : Rp 25.000
-Tenaga : Rp 5.000
-Harga Teh : Rp 32.000
-Laba : Rp 2000
b. Jus Rosela
-Harga kelopak bunga segar : Rp 20.000
-Tenaga : Rp 5000
- Listrik : Rp 2500
-Harga Jus : Rp 30.000 /lt.
-Laba : Rp 2.500
c. Sirup Rosela
-Harga kelopak bunga segar : Rp 20.000
-Tenaga : Rp 5.000
-Harga sirup : Rp 30.000
-Laba : Rp 5.000
d. Selai Rosela
-harga kelopak bunga segar : Rp 20.000
-gula (kg) : Rp 12.000
-listrik : Rp 2.500
-harga selai : Rp 42.500
-laba : Rp 8.000
e. Tepung Rosela
-Harga kelopak bunga kering : Rp 20.000
-Tenaga : Rp 5000
- Listrik : Rp 3000
-Harga tepung : Rp 32.000
-Laba : Rp 4.000
f. Pewarna Makanan
-Harga kelopak bunga dan batangnya : Rp 35.000
-Tenaga : Rp 5000
- Listrik : Rp 3.500
-Harga pewarna : Rp 47.000
-Laba : Rp 3500
g. Kopi Rosela
-Biji Rosela kering : Rp 35.000
-Tenaga : Rp 8000
- Listrik : Rp 4000
-Harga kopi : Rp 52.000
-Laba : Rp 5000
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
Setelah penulis menguraikan pembahasan karya tulis “Budidaya Bunga Rosela Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat” ini penulis menyimpulkan :
1. Cara yang paling tepat agar tanaman rosela terhindar dari serangan hama dan penyakit adalah menerapkan pengendalian secara terpadu.
2. Tanaman bunga rosela berkhasiat sebagai obat, mulai dari daun, kelopak bunga, biji hingga akar.
3. Rosela dapat diolah menjadi beragam produk, seperti teh rosela, jus rosela, sirup rosela, selai rosela, tepung rosela, kopi rosela, hingga pewarna makanan.
4. Bagian bunga rosela yang dapat diolah menjadi beragam produk adalah bagian daun, kelopak bunga, bunga, dan biji bunga rosela.
5. Kandungan bunga rosela antara lain : Kalori, Air , Protein, Lemak, Karbohidrat, Serat, Abu, Ca, P, Fe, Karoten , Asam Askorbat, Niasin, Ribo Avin, Fruktosa, Sukrosa, Asam Malat, Tiamin, Niasin, Lemak Biji, Selulosa, Pentosan, Pati.
B. Saran
1. Bagian pengolahan rosela menjadi beragam produk dapat disosialisasikan kepada masyarakat, agar dapat menjadi kegiatan produktif yang menghasilkan nilai ekonomi, guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat tersebut.
2. Sebaiknya penggunaan pestisida untuk menanggulangi hama diminalisir, karena rosela termasuk jenis tanaman yang tidak boleh tercemar pestisida.
3. Penganggulangan tanaman rosela terhadap berbagai jenis hama dan penyakit antara lain dengan melakukan rotasi tanaman, serta dengan menanam tanaman perangkap seperti okra disekeliling tanaman.
4. Bagi penderita kanker, hipertensi, diabetes, dan obesitas, dianjurkan untuk mengonsumsi rosela karena rosela memiliki segudang manfaat yang dapat menjadi obat bagi penyakit-penyakit tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Mardiah, Sarwani, dkk. 2010. Budi Daya dan Pengolahan Rosela si Merah Segudang Manfaat”. Jakarta: Agromedia.
Hasnun, Anwar. 2004. Pedoman dan Petunjuk Praktis Karya Tulis. Yogyakarta: Absolut.
Somad, Adi Abdul, dkk. 2008. Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
LAMPIRAN
Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa.)
Bunga Rosela Kering
Sirup Rosela
